PURWAKARTA, erajabar.my.id,-Munculnya pengurus PD dan PK yang meminta agar dewan etik memecat, Dedi Mulyadi dan Maula Akbar, sangat tidak etis dilakukan para pengurus PK dan PD karena bagaimana pun Dedi Mulyadi dan Maula telah membesarkan Partai Golkar Purwakarta.
” Ini sangat tidak etis desakan seperti itu, bagaimana pun Dedi Mulyadi adalah orang yang membesarkan partai Golkar di Purwakarta,” Kata Tokoh senior Partai Golkar, Pe’i.
Pe’i, justru merasa heran atas sikap pengurus PD dan PK yang mendesak agar dewan etik segera memecat Dedi Mulyadi dan Maula yang datang secara tiba tiba, biarkan mekanisme berjalan, biarkan dewan etik bekarja, jangan malah diintervensi yang sepertinya justru ada udang dibalik batu,” Ungkap, Pe’i.
Sementara, mantan anggota DPRD dari partai Golkar, Agus M Yasin, mengungkapkan Kisruh di Partai Golkar Purwakarta semakin memanas dengan saling serang di internal partai Golkar dengan saling serang sendiri. Namun sesungguhnya itu hanya drama yang sedang dimainkan oleh para elit Golkar yang berambisi untuk mengambil posisi.
Episode pertama sudah berlalu keterlibatan langsung penguasa Partai Golkar Purwakarta, tetapi masih menjalarkan penyakit yang bikin gatal gatal di partai.
Muncul episode kedua yang diduga diatur dengan cerita lain oleh oknum oknum “outsider”, yang memanfaatkan situasi. Cerita semakin lucu lagi, karena oknum oknum di belakang layarnya yang membuat skenario bisa tertebak.
Ibarat drama yang lebih cenderung bersifat komedi, yang satu seolah ingin menjadi “rhythm controller” dan satunya lagi terkesan karena “political passion” yang merasa terhambat. Sehingga secepat kilat merubah alur, tanpa memikirkan bagaimana awal mereka mengambil kesempatan dalam situasi itu.
Di sisi lain, skenario yang dibuat dan dialirkan ke kelompok pemain yang pragmatis. Hanyalah sebuah upaya untuk mengambil kesempatan dengan tujuan mengambil keuntungan, dengan membenturkan dua kekuatan yang pada akhirnya dikorbankan dua duanya.
Adalah oknum oknum yang oponturir politik, yang menganggap besar durinya sendiri serta punya “attitude disorder” manakala syahwat politiknya tidak tersalurkan.
Reporter : Red